Makna dibalik malam pergantian tahun baru menurutku, tentu berbeda dengan menurutmu. Antara aku dan kamu punya kisah yang berbeda, kalaupun sama pasti dalam ruang dan waktu yang tidak sama. 

Mungkin ada yang bosan dengan kebisingan, mungkin ada yang menggila dengan kebisingan, mungkin ada yang berusaha mencari dimana kebisingan dan mungkin juga ada semacam kebisingan yang mendekatinya.

Sekarang semua teman sedang saling telfon, biar bisa kumpul bersama. Ditengah acara aku berhadapan dengan rawa gelap yang tak bisa kulihat belukarnya, disana juga ada sejenis binatang yang hanya bisa kudengar suaranya, disebelahku juga ada hamparan pasir yang tak bisa kuhitung berapa jumlah butirannya. Aku merelakan ketiganya menjadi misteri, misteri yang akan berlalu begitu saja.

Siapa yang ingin kembali kemasa lalu? Bukankah hidup terus berjalan maju? Waktu itu kamu sempat bilang, segala kenanganku bersamamu akan tetap menjadi kenangan. Iya, biarkan saja semua kenangan ini bekerja. Akankah kita kembali bersama atau memilih jalan yang berbeda, kita lihat saja.

Sudut Pandang

Dibawah tekanan era globalisasi dan banyaknya perusahaan asing yang masuk ke Indonesia, membuat masyarakat untuk selalu bersiap menghadapai keadaan ini. 

Banyak dari mereka yang merasa sangat kesulitan, tapi tak jarang dari mereka merasa sangat diuntungkan. Ini mengapa Indonesia mengalami inflasi yang cukup signifikan, termasuk biaya pendidikan. 

Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sekarang membuat masyarakat merasa sangat kesusahan. Untuk mendapatkan pendidikan, masyarakat harus rela mengeluarkan uang dengan jumlah yang banyak.

Dunia pendidikan menjadi imbas. Sekarang sudah bukan masyarakat mampu secara otak, melainkan bagi mereka yang mampu secara materi akan mendapatkan pendidikan terbaik dengan berbagai macam fasilitas di sekolah ataupun universitas. 

Banyak dari mereka yang berprestasi tapi tidak punya biaya, yang akhirnya membuat mereka menjadi buntu dan tidak bisa melanjutkan sekolah, sehingga mereka tidak bisa mengembangkan kemampuannya.

Persoalan ini menjadi semakin komplit ketika pendidikan diciptakan dengan seadanya, yang akhirnya timbul pertanyaan. Bagaimana bisa bangsa ini menjadi besar jika sumber daya manusia diciptakan dengan seadanya? Apakah ini cukup menjadi solusi? Semoga pemerintah segera membenahi sistem pendidikan yang ada disini.

Aku merasa bangsa ini sangat kaya dengan segala macam sumber daya alam yang dimilikinya, ini semua akan menjadi lebih kaya bila diimbangi dengan kemampuan yang memadai. Aku harap pemerintah mau membenahi sistem pendidikan kita, yang dibarengi dengan pembenahan sistem pemerintahan pula. Agar globalisasi tidak menjadi ancaman bagi siapapun, baik dalam dunia pendidikan, ekonomi, sosial budaya maupun yang lainnya.

Hai...


Hai there, kita masih di langit dan tanah yang sama kan? Ini sudah memasuki hari-hari terakhir dimana Desember akan berlalu dan Januari akan segera tiba *yihaaa... 

Pasti teman-teman  sudah punya rencananya masing-masing. Well... Sekarang aku sama sekali belum ada rencana mengadakan atau menghadiri pesta perayaan pergantian tahun baru 2014 nanti.

Hm... perayaan seperti ini sudah tidak penting lagi bagiku, yang terpenting adalah keputusan apa yang akan kubuat untuk menjalani hidup ditahun selanjutnya. 

Bagiku moment paling terpenting dalam perayaan tahun baru adalah banyak merenung dan membuat keputusan, karena aku percaya keputusan hari ini adalah kenyataan untuk hari esok.

Aku hanya ingin sedikit mengingat perkataan orang-orang hebat. "Buatlah rencana kemudian letakkan rencana itu pada posisi paling atas di sebuah tangga, setelah itu berusahalah bagaimana rencana itu akan terealisasi." Begitu katanya. Sekarang masih ada waktu buatku untuk tahu apa mauku dan apa rencanaku, yuk ah semangat!!!

Tiga Hal Dalam Hidup


Kenapa ya setiap mau nulis, aku selalu saja buntu. Aku selalu berpikir, kalimat apa yang bagus dan indah untuk mengawali sebuah tulisan. Agar ketika kamu mulai membaca tulisanku, kamu tidak akan menutup dan mengalihkannya. Aku ingin kamu membacanya dengan sepenuh jiwa, hehe... *banyak maunya banget sihh ---"

Ok, kali ini aku pengen share sama kamu tentang dua hal. Pertama tentang cinta, ah hampir setiap waktu aku mendengar kata cinta, sampai untuk membahasnya saja, sebetulnya aku sudah lelah. Tapi mau bagaimana lagi!?! Cinta menurut si A tentu berbeda dengan cinta menurut si B, tapi cintaku dan cintamu akan membuat kita selalu bersama setiap waktu *asik.

Aku tidak tahu kehidupan seperti apa yang sedang kamu jalani sekarang, asal kamu tidak angkuh dengan perasaanmu, aku tidak masalah. Mungkin kamu sangat mempercayaiku.

Kamu bisa pegang rasa mungkinmu, karena aku masih bisa kamu pegang. Aku juga selalu berusaha untuk tidak melepas dari peganganmu kok *ini aku ngomong apa sih, kok makin gak jelas, tapi tetep asik.

Yang kedua tentang mimpi, sebetulnya mimpi dibentuk karena tidak mampu atau karena mau? Aku masih rancu, yang jelas jangan pernah takut bermimpi, karena ketika kita berani bermimpi, kita akan lebih berani membuatnya tercapai. 

Mimpi bukan sesuatu untuk kita takuti, mimpi bukan pula karena kita tidak mampu. Siapa yang sanggup menguatkan semua angan-angan kita menjadi nyata? Jika bukan karena mimpi kita sendiri. Aku pun demikian, aku punya mimpi dan aku ingin mimpi itu terwujud.

Aku pernah minum kopi pahitmu, ihh... Rasanya pahit banget, hampir muntah aku dibuatnya. Reaksimu "Hidup ini tidak selamanya manis. Suatu saat nanti kita akan dihadapkan pada sesuatu yang sangat pahit, melebihi pahitnya kopi ini" Begitu katamu. Semenjak kejadian itu aku berusaha untuk tetap kuat, meskipun terkadang aku paksa menjadi sok kuat karena hilangmu. Mungkin aku tidak mampu menjangkaumu sekarang, tapi aku tidak mau kamu kesulitan menemuiku, karena aku tau ini sangat menyakitkan.

Eh sekarang aku juga bingung mau mengakhiri cerita ini bagaimana, hiksss... Curhatku sudah selesai kok, sebegitu saja... Intinya aku tidak butuh kamu mengerti, tapi aku butuh kamu meresapi. Dada...

Pesanku


Sedikit sekali manusia yang mampu membaca kesalahannya sendiri, tapi begitu banyak waktu bagi mereka untuk memahami dan berbenah. Ini bukan soal keharusan, tapi mau atau tidak. Bodoh adalah kesalahan yang sering dilakukan, tidak cuma sekali saja, tapi dua kali bahkan berkali-kali.

Menjadi orang bodoh memang menyakitkan, tapi itu pilihan, memilih untuk terus berkutat dengan kebodohan atau keluar dari zona bodoh!!! Manusia yang tidak pernah mau belajar dari kesalahan, manusia yang terlalu sering melakukan kesalahan, manusia yang terus-terusan ngeyel dan berkelit, manusia yang enggan berbesar hati menerima kesalahan, manusia yang hanya bisa menyalahkan orang lain adalah stay bahlul, itu lebih rendah dari kata “bodoh!!!”.

Memang manusia gudangnya kesalahan, karena manusia bukan malaikat ataupun nabi, tapi kesalahan yang bagaimana dan seperti apa? Masak manusia rela dikata penjahat karena terlalu sering bikin sakit hati orang, untuk itu manusia dikasih akal dan pikiran agar mereka bisa menimbang dan mengurangi kebusukan mereka yang menyengat. Kalau sudah sampai melukai perasaan dalam wujud apapun, kan sudah tidak benar namanya. Itu bengis!!!

Sekarang aku tengah berbicara masalah pertemanan, bukan yang lain. Sekarang bukan saatnya untuk kembali menyusun skenario, sekarang sudah bukan saatnya untuk merajut ide-ide baru yang menyesatkan. Menggunakan akal dan pikiran yang benar saja, tak usah gunakan yang lainnya lagi.

Apapun yang dihadapi, apapun yang diderita jangan sampai terlalu sering menyalahkan keadaan dan kondisi. Dunia sosial terlalu indah untuk aku tulis segala kata yang berpuitis. Terkadang aku tulis segala caci dan maki. Siapapun aku jadikan objek, semua objek yang tentu sudah mengusik hidup, tapi juga mengedepankan kasih sayang bagi mereka yang aku sayangi!!! Keluarga, teman, dosen, orang songong, orang jahat, orang gila, lonte sampai presiden yang kata orang orang nomor satu di Indonesia saja selalu sempat menjadi objek bagiku.

Ada sebagian yang menganggap teman sebagai kepentingan dan kebutuhan, itu adalah prinsip kotor yang tidak aku suka. Sempat aku bersikap seperti itu, tapi aku merasa bahwa itu sangatlah bengis. Kesadaranku ditengah ketidaksadaran mereka. Dalam berteman keterbukaan dan kejujuran itu sangat diperlukan, maka renungkanlah kemudian bijaksanalah.

Cinta Sepohon Waru

Pohon waru yang berdiri kokoh ditengah tanah yang tandus masih terlihat tampak hijau, batang dan rantingnya bergerak naik turun karena badai angin yang begitu kencang. Mustahil jika pohon waru tidak tumbang. Tapi memang begitu keadaannya, pohon waru tetap rindang dan tersenyum meski terik sinar matahari menyengat siang itu. 

Tiba-tiba ada seekor burung datang menghinggapinya, sang burung berkicau dengan sangat merdu. Tidak lama burung-burung yang lain datang menyusulnya. Batang dan ranting pohon waru penuh oleh sekelompok burung, yang diketahui ternyata sekawanan burung merpati.

Mereka besahutan seperti sedang berduet menyanyikan sebuah lagu pemanggil hujan. Tak lama hujan pun mulai turun, meskipun hanya gerimis saja. Burung-burung merpati bersorak sorai karena keberhasilannya merubah cuaca. Berkat kesetian dan cinta para burung, tanah berangsur menjadi sangat subur, di sekeliling pohon waru mulai bertumbuhan rumput hijau dan bunga-bunga yang mekar dan harum semerbak.

Luar biasa sekali, kini pohon waru tidak sendiri lagi, dia hidup bersama dengan para burung merpati penebar cinta dan setia. Yang disekitarnya ada hamparan bukit rumput yang hijau, sungai bening yang mengalir dan bunga-bunga yang sangat beraneka rupa. Sungguh kekuatan cinta dan setia yang sangat kuat diantara keduanya.

Cincin Kesayangku


Percaya atau tidak, aku hampir tidak percaya! Bahkan cincin ini pun patah saat kusimpan didalam kantong tas coklatku. Tanpa kusadari mungkin ada beban yang lebih berat menindihnya. Aku tidak ingin yang lain, aku hanya mau kamu, kamu yang selalu melingkar di jari manis tangan kananku.

Kamu yang setiap hari menemani hari-hariku, kamu yang selalu berkata meskipun tak bersuara, kamu yang selalu aku pandangi karena kamu begitu mempesona.

Dalam hati aku terus bertanya, akankah cincin ini kembali seperti semula? Aku tidak tahu. Yang kutahu pasti kamu berjanji akan selalu ada disampingku. Tapi kini kamu seperti manusia setengah nyawa. Jangan buat aku takut.

Parcaya atau tidak, aku hanya berusaha membuang semua prasangka, karena aku tidak ingin yang lain, aku hanya ingin kamu, karena kamu dan aku adalah satu, cincinku.

Dear Mr. Teacher


Good morning Sir, I like writing so much, I always write fiction and non-fiction. When I stay in some place, when I hear something, when I see lot of things that happens, I will write it down into a writing. I arrange word by word while enjoying the snack that I like in every night. Actually I want to be a director and also to be a writer because I like literacy world. 

I wrote script three times and I performed it. All my work was performed and the first performance was “The Cruel Ambition” which talks about a businessman who has ambition to be success but he reaches it in the wrong way. The second is “In the Bush” which talk about musical poem performance that I serve with good lighting and it talks about a poet who fall in love with the girl. The third is “Sinarsih” which was performed by me and in association with Langit Seni Production, it was the first performance which made me bankrupt materially, but I feel happy and proud of myself, because I did my best.

I like writing since I was a kid. I want to be the best script writer and director. I hope someday I will win the Oscar award and it is my great dream that I want to reach. I also have a dream to go to America to study about filming. But the dream fades away because of my English is bad!!! I always blame and spit myself out, because I was never serious to learn English, whereas I took a course from elementary school. I feel regretful now.



I admit that I am not cleaver enough in English, but I have expectation that I can improve my English when I study here, so I could write some stories in English and of course I can go to America to catch my dream. My parents are willing to sell one of their assets to afford me if I decided to go there “talk to my hand” fiuhhhh. So it is time for me to be more serious to study from now. Fighting!!!! 

Duduk Satu Meja


Biasanya orang mengutarakan ini karena dia mengalami itu, orang berkata itu karena dia merasakan ini. Aku mengenal dekat dengan mereka, mereka yang sedang bercerita dibalik meja. Begitu fasih terdengar, suara mereka menelusup dikedua kupingku, kemudian suara-suara itu sedikit berlari kencang, lalu menyelip liang telinga hingga akhirnya sampai ke dasar hati. Suara itu tiba dengan segala macam bentuk dan problema. Hati ini bisa merasa apa yang mereka kata, hati ini juga selalu berdoa apa yang mereka uja. Karena mereka berkata cinta.

Suara bangsi disetiap mulut manusia berpadu dengan sudut pandang masing-masing, setiap manusia akan jatuh cinta, teriak bersama. Aku pun jatuh cinta, aku jatuh cinta kepada seseorang yang berhasil menggetarkan jiwa, yang berhasil membuatku susah lupa akan sosoknya, dalam sukma aku berkata.

Sebelahku tidak mengucap apa-apa kecuali jeritan letihnya akan cinta, dia selalu bilang mengenai syarat dan alasan mengapa bercinta. Seperti tidak ada ketulusan apapun dalam memaknai perasaanya kepada yang dicinta, jika angin bisa mengusir debu pada tumpukan kayu, hujan memberinya kelembutan dan keromantisan pada pribadinya, itulah dia menurut cara pandangnya.

Didepannya tampak semburat rasa sendu tentang cinta, cinta adalah bertaruh, katanya. Pernah tidak kita berdiam diri, mengintip roh yang menggelayut di sekujur tubuh. Pernah tidak kita menanyakan kabarnya? Pernah tidak kita bertanya kepadanya tentang diri dan cinta?  Mustahil roh itu akan menyapa dan menjelaskan cinta kepada kita. Hal itu sama persis apa yang tergambar dalam dirinya. Dirinya yang bertubuh mungil itu, dirinya yang selalu bertanya namun tidak ada apa-apa. Dia melontar kata penuh makna kepada sesama, sesama yang sedang jatuh cinta. Dia mengirim perasaanya menuju hidup yang lebih bermakna kepada sang pujangga, yang kubaca itu janjinya.

Sejauh mata ini melihat, mata ini tidak bisa menembus sorot mata dengan alis tebalnya. Sejajar dan aku melontar banyak tanya kepadanya. Aku rasa dia sedang jatuh cinta kepada siapa yang tak kuduga. Aku hanya ingin membaca pikirannya, tapi tertutup oleh angkuhnya. Sejatinya dia adalah seorang pujangga.

Cinta tidak hanya membawa kita pada kebahagiaan, cinta turut menguji manusia. Seberapa dahsyat perilaku manusia karena cinta, olehnya maupun kepadanya. Kita sedang berbisik, kita sedang duduk di bangku yang sama dengan asyik. Karena kita juga merasakan cinta yang sebenarnya. Cinta yang menghanyut sukma sedikit berbicara, cinta yang melembutkan jiwa, cinta yang dijanjikannya serta cinta yang membuatnya menjadi pujangga. 

Abjad & Angka

Angka pernah bilang “Kalau gak kangen ngapain aku kesini”. Ternyata dia juga merindukan aku, ada ya orang yang susah banget mengutarakan perasaannya. Angka pernah mengajakku melihat sebuah rumah dengan arsitektur yang sangat menawan, rumah itu seperti rumah impian. 

Angka juga pernah berbohong kepadaku, tapi aku pura-pura tidak tahu saja. Angka pernah tidur dalam dekap kasih dan sayangku, dia pernah memintaku mengusap keningnya agar bisa tidur cepat. Angka sering membawaku terbang tinggi ke atas langit tapi dalam seketika mejatuhkanku ke muka bumi, rasanya sangat sakit banget, banyak lecet di tubuhku karena benturan batu tajam.

Kertas memaksaku menulis semua perbuatan baik dan jahatnya, aku hanya tidak kuasa menimbang keduanya, karena aku pun pernah berbuat salah kepadanya. Aku tidak begitu mengerti, kenapa Angka pergi meninggalkanku. Terkadang aku ingin berhenti sampai disini saja, tapi aku takut dibilang menyerah olehnya.

Lantas, apa yang sedang aku perjuangkan? Cinta? Aku mencintai Angka bukan karena alasan, aku belajar tulus dari mencintai, Pena bilang “Cinta yang tulus adalah cinta yang tidak mengharap cinta itu kembali”. Kalau memang perasaan itu mudah mengerti, aku tidak akan sesulit dan sesakit ini. Aku sangat mencintainya.

Aku hanyalah seorang abjad yang terdiri dari dua puluh enam huruf, aku bisa menyusunnya membentuk sebuah kata maupun kalimat yang aku kehendaki. Aku bisa membuat kalimat yang berbunyi “aku cinta kamu” dan “aku benci kamu” dua kalimat yang mempunyai kesamaan jumlah suku kata namun beda makna. Tinggal dipilih, aku ingin menghendaki yang mana. Tidak usah ditanya lagi, Angka sudah tahu pasti.

Pena dan Kertas adalah tempat dimana aku berbagi kisah tentangmu, tentangku, tentang kita. Keduanya memberi aku sedikit rasa nyaman dan aman, mereka selalu menawarkan minuman agar aku tidak sesenggukan lagi.

Kenapa aku tidak bisa mencintaimu dengan damai? Kenapa mencintaimu membuatku semakin resah dan selalu takut? Kamu seperti bintang malam buatku, ketika siang datang, bintang menghilang tertutup matahari. Kenapa kamu tidak menjadi matahari saja, meskipun malam tiba kamu tetap terjaga membantu bulan menyinariku!

Sekarang aku sedang berada ditengah pasar, tapi aku tidak merasakan apapun. Sepi, sepi aku menyendiri. Aku tidak bahagia disini. Setiap aku bangun tidur, aku selalu melihat sudut kanan dan kiri kamarku, yang kulihat adalah kenangan. Kenangan yang selalu tersimpan rapi dalam mega serverku. Terima kasih angka, kamu sudah memberiku cinta. 

KOMA

Disebut apa, sebuah negara karut yang masih ngecer kehidupan. Sebut saja negara X. Negara yang memiliki luas wilayah terbesar di dunia, kekayaan yang beraneka rupa dan beragam membuat negara ini sangat eksotis dan fantastis. Banyak sekali negara lain tergiur akan sumber daya alam yang ada disini. Negara ini dipimpin oleh seorang presiden yang bernama Bapak Hj. Ir. Dr. Slamet Budi Yokulo sebuah nama yang mencirikan seperti seseorang yang patut dihormati dan disegani, padahal cuma sampah! X memiliki banyak penduduk, tak jarang pemerintah merasa kewalahan mengatasi mereka. Persepsi yang cukup adil.

Presiden Slamet Budi Yokulo menjabat tihtah kepresidenan selama dua periode, selama itu ada seorang penulis artikel yang rajin membuat kritikan mengenai kepemimpinanya di salah satu koran lokal. Namanya Sungai, seseorang yang sedang galau karena ditinggal pacarnya. Sungai sangat membenci X, tapi dia selalu berusaha berjuang habis-habisan untuk negara yang sudah menjadi tempat lahirnya. Mungkin X sedang apes karena Sungai akan terus semakin menggila selama pacarnya tidak ada didekatnya. Menurut Sungai menulis artikel adalah permainan menarik yang bisa membangunkan dia dari keterpurukan. Sungai torehkan cinta kasihnya untuk negara dengan bergabung bersama kawanan pemuda peduli HAM.

Ditengah kesibukan Sungai sebagai seorang penulis artikel dan kegiatan barunya sebagai seorang orator ulung, Sungai masih belum juga bisa melupakan sosok pacarnya. Sungai terus menanti dan berusaha mengirim teks pesan lewat telephone genggamnya, namun tidak pernah ada balasan.

Suatu ketika Sungai berhasil menemui pacarnya disebuah ruang persegi panjang berukuran sedang. Tidak ada kata yang bermakna kecuali semburat senyum darinya. Sungai tidak mengerti apa arti dibalik senyuman itu. Sungai hanya bisa menelan rasa penasaran, sebetulnya apa yang sedang dia rasakan dan dia pikirkan untuknya. Sungai merasa kenapa ada seseorang yang begitu mudah meninggalkan seseorang. Sungai masih belum bisa menerima kenyataan.

Ketika teman-teman dekatnya memaksa Sungai untuk segera mengakhiri perasaannya, Sungai masih saja yakin dengan intuisinya. Sebuah perasaan yang tidak bisa dijelasakan kepada siapapun.

Sudah 23 tahun Sungai menetap di X, tapi selama itu pula Sungai belum melihat adanya identitas sebuah bangsa. “Bagaimana mau dikenal, jika pemerintahnya  antek para kapitalis asing!!!” Gerutu Sungai. Sungai sudah mengenal banyak hal dan orang. Sungai pernah membacakan puisi yang berjudul Kapal Terbang saat taman kanak-kanak, Sungai pernah menjadi seorang pengamen jalanan bersama teman-temannya tempo dulu, Sungai pernah menjabat sebagai ketua OSIS pada saat SMA, Sungai juga sempat membangun sebuah komunitas yang konsen pada masalah lingkungan disekitar komplek, Sungai pernah dinon-aktifkan sebagai ketua kesenian di Karang Taruna karena fitnah tak bertanggung jawab dari beberapa anggota yang sirik akan keberhasilan rancangan kerjanya pada awal kepemimpinanya.

Sekarang Sungai ditugaskan oleh ketua redaksi untuk menuliskan beberapa artikel mengenai isu hangat tentang dunia politik di X. Seperti sebuah peruntungan karena melalui tulisan Sungai bisa mencurahkan segala penat dan emosi jiwa yang menderanya.

Tidak begitu sulit karena Sungai sering mengadakan dialog terbuka bersama teman-teman seperjuangannya, mereka saling bertukar pikiran dan saling mengutarakan pendapat untuk menentang keras keputusan pemerintah yang kurang adil untuk rakyat.

Siang hari  dikota X-tra Large ibukota negara X begitu panas, banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang, Sungai berdiri dengan memegang toa ditengah kerumunan teman-teman aktifis lainnya. Mereka menyerukan kebijakan pemerintah yang membuat rakyat menjadi makhluk paling bodoh akan ketidaktahuannya mengenai keadaan X yang sesungguhnya. Sudah terlalu banyak kekayaan alam yang X punya dijual kepada negara asing oleh pemerintah X. Sungai berseru “Jangan jadikan kami sebagai penumpang ditanah kami sendiri!!!” dengan muka yakin penuh arti.

Demonstrasi itu berlangsung ditengah terik panas matahari selama empat jam yang kemudian ditutup dengan doa bersama, semoga X menjadi negara yang makmur dan sejahtera. Malam harinya Sungai harus kembali menulis karena besok pagi naskah artikel harus dicetak untuk dipublikasikan.

Sungai menuliskan pengalaman pribadinya sebagai seorang orator dan aktifis, Sungai menambahkan beberapa masalah krusial dan serius yang terjadi di X seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Sungai juga menuliskan kasus pembunuhan misterius salah satu teman perjuangannya yang mati akibat diracun oleh seseorang dan sampai sekarang belum ada titik temu hukum yang adil.

Presiden X sepakat dengan jajaran parlemen untuk menutup semua kesalahan pemerintah dengan beberapa skenario yang sudah mereka siapkan. Banyak korban yang menjadi tersangka, banyak pula aktifis yang mati dibunuh diam-diam.

Rakyat kini sedang susah, biaya hidup yang mereka butuhkan semakin tinggi sementara kesejahteraan mereka jauh pada kecukupan. Banyak sarjana menganggur karena sempitnya lapangan pekerjaan, banyak para ahli hijrah ke negara luar, bukan karena tidak nasionalis, jika mereka bertahan disni, apa yang dia punya akan sia-sia. Pemerintah kurang cermat menempatkan mereka. Sangat ironi dan menyedihkan.

Apa bedanya pemerintahan sekarang dengan dulu, kalau hutang negara masih saja menumpuk. Presiden X menstabilkan ekonomi dengan cara yang membuat siapapun merasa jijik dan ingin segera memuntahkan isi perutnya ke muka mereka. Presiden Slamet Budi Yokulo hanya bisa mengerutkan dahi dan menebalkan make-upnya tebal-tebal untuk mencari sokongan dana ke negara asing.

Lantas setelah bangsa ini banyak hutang, apakah kemudian yang menghutangkan kita akan menjajah kita kelak, meskipun status merdeka sudah X pegang sekarang. Tidak ada yang tahu, namun seperti sebuah kepastian. Mereka jauh lebih siap dengan sumber daya alam yang X punya dari pada X sendiri. Kenapa begitu???

Sungai sangat membenci kemunafikan, Sungai tidak pernah gentar membuka mulutnya menyuarakan keadilan. Sungai sangat menyukai sastra, Sungai sering membaca puisi tapi tidak pernah mau mencoba menulis puisi, menurutnya menulis puisi itu sangat susah. Pernah suatu ketika Sungai menjenguk pacarnya yang sedang berselimut tebal karena sakit, Sungai hanya membawa buah murahan karena tidak cukup banyak uang, pacarnya memberi senyuman dan sedikit berpuisi. Sungguh romantis kala itu. Kala itu...

Jika pemerintah X mengecer kehidupan kepada rakyatnya, Sungai merasa tececer oleh pacarnya. Persamaan yang teramat sangat menyedihkan bagi keduanya. Sungai merasa hatinya sedang koma, sungai merasa masih ada kehidupan diluar batas komanya. Sungai masih sering menjumpai pacarnya pada alam yang berbeda ditengah hatinya yang sedang koma. Perasaan ini disebut koma, perasaan yang masih bisa bersambung dengan kata penghubung atau ajakan. Perasaan yang juga bisa seketika hancur dengan kata dan tanda seru. Sungai tidak tahu. Seperti ada tumpang tindih diantara koma, sebuah kalimat ringan namun banyak arti. X terus menjadi gempuran perasaan oleh hati yang sedang koma. Tidak ada yang bisa memastikan keadaan keduanya kecuali bersungguh-sungguh.

Hari berlalu dengan kesibukan Sungai sebagai seorang penulis dan aktifis, Sungai sangat membenci kopi, disetiap begadangya tidak pernah minum kopi. Dia hanya bertahan dengan air putih dan egg roll kesukaanya sepanjang malam sebagai pencegah rasa kantuk.

Sungai tidak merokok karena membenci asap rokok tapi dia tidak pernah menyuruh pacarnya berhenti merokok, Sungai tidak pernah menyediakan asbak, namun pacarnya menyediakan asbak sendiri di kamar tidur Sungai, agar dia tidak perlu bersusah payah membuang abu dan puntung rokoknya.

Kasus pelik yang menimpa X membawa Sungai untuk kembali sibuk dengan orasi dan perjuanganya memperjuangkan hak rakyat. Sungai bersama teman-teman aktifis lainnya berkumpul di sebuah rumah tua milik salah satu pejuang HAM pukul 02.00 dini hari. Suasana mencekam karena salah satu rumah kontrakan teman Sungai yang bernama Sulastri disantroni oleh sekelompok preman yang merusak semua peralatan rumah dan mencuri file tulisan artikel yang berisi tentang kritik tajam presiden dimana tulisan tersebut dapat merusak citra baik sang presiden X jika tersebar. Beruntung pada saat itu Sulastri tidak ada di rumah karena dia tengah sibuk mempersiapkan penelitiannya di rumah Kaspari yang lokasinya tidak begitu jauh dari rumah kontrakan Sulastri. Mengetahui hal itu, Sulastri langsung melaporkan kepada pihak yang berwajib. Namun Sungai dan teman-temannya tidak yakin kalau polisi bisa berhasil mengungkap kasus tersebut.

Kejadian ini sangat memprihatinkan, dimana pemerintah menghantui kehidupan para aktifis untuk dijadikan bulan-bulanan buronan mereka. Sungai memutuskan untuk mengungsi sejenak ke rumah salah satu temannya, namanya Kemuning. Dia bukan seorang aktifis melainkan seorang Human Performence di salah satu perusahaan telekomunikasi. Selain untuk mengamankan diri, Sungai ingin sejenak beristirahat dari segala remuk yang ia rasakan selama ini.

Ditengah keputusasaan Sungai mencoba menghubungi pacarnya untuk sekedar bilang bahwa dia sedang dalam kondisi yang tidak baik, Sungai ingin sekali bertemu dengannya. Tapi lagi dan lagi tidak ada jawaban. Sungai menghela nafas panjang sembari merebahkan tubuhnya ke kasur dengan raut muka yang sangat sedih. Kemuning menawarkan semangkuk mie rebus pakai telur yang sudah ditaburi potongan cabe rawit. Dalam lamunannya Sungai dikagtekan oleh suara Kemuning “Heh!!! Ayo neng dimakan mienya sebelum dingin.” Tidak perlu menunggu lama lagi Sungai langsung menyantap semangkuk mie tersebut dengan lahapnya. Setelah kenyang Sungai tertidur pulas karena saking lelahnya terbebani pekerjaan dan desakan dari beberapa pihak untuk berhenti menjadi aktifis.

Sungai sangat merindukan pacarnya, tapi apa mau dikata lagi, menit dan detik berbicara lain. Setelah kondisi kembali aman semua para aktifis kembali berkumpul untuk mengadakan diskusi besar dengan melibatkan beberapa tokoh penting di X yang mempunyai tujuan sama yaitu memerdekakan rakyat dari kebodohan akan ketidaktahuan keadaan X yang sebenarnya.

Perjuangan Sungai membela HAM tidak pernah berhenti dimakan ketakutan, semangat menulis Sungai tidak pernah pudar, kisah cinta Sungai juga tidak pernah habis ditelan kesedihan. X bukan hanya nama tempat yang sudah mendapat pengakuan saja melainkan sebuah tanda akan ada kehidupan selanjutnya setelah itu, layaknya sebuah koma.

X tidak hanya mengenalkan Sungai kepada serakahnya para pemimpin, piciknya para petinggi dan liciknya para pengusaha kelas kotor. X mengenalkan Sungai pada ketulusan dan kesabaran akan cinta. Keadaan ini Sungai sebut sebagai koma, koma yang justru membangunkan tidur panjangnya dari kebutaan dan kebuntuan perasaan. Kepada cinta yang disebut “KOMA”

Apa Kata Mereka?


Udah beberapa hari ini aku gak nulis, bukan karena gak ada ide atau kehabisan topik melainkan karena kehabisan kuota untuk aku publish tulisan-tulisanku. Hehe maklum mulai dari awal bulan September ini aku mulai jadi mahasiswa kerdil yang gak punya cukup banyak duit. Ini karena ada kesempatan publish aja gegara ada wi-fi gratis. :))

Udara Jogja siang ini panas banget, sampai terkadang percakapan kedua temanku yang sedang menikmati ice creamnya ini terdengar basi dan gak ada isi, ihh males banget kan. Dari pada I got nothing, aku keluarin aja laptop mungilku untuk sekedar menulis jawaban beberapa pertanyaan yang udah aku siapin dari kemarin hari. 

Ide tulisan ini muncul karena gak sengaja ngeresume laptop yang ada file video bokepnya yang lagi play, ets bukan laptopku lho, melainkan laptop seseorang. Hihihihi... Aku penasaran aja, mengapa banyak orang suka nonton bokep. Yang jelas semua tulisan ini muncul karena rasa penasaran dan sok tahuku saja.

Apa karena dia ingin terlihat pintar dari pasangannya, apa karena dia sudah pernah melakukannya yang kemudian ingin mencari something new from that video, apa justru karena dia belum pernah melakukannya kemudian pengen cari tau apa dan gimana sih seks itu. Mungkin tulisan ini akan menjadi tulisan yang paling freak buatku, tidak ada makna tentang kesusasteraan yang benar-benar aku suka. Paling enggak tulisan ini mencoba untuk berbaur dengan canda dan tawa kalian semua. 

Dengan segala pujian aku mencoba merayu kedua temanku agar mereka sudi menjadi nara sumberku, ternyata gak terlalu butuh banyak tenaga dan upaya. Aku bilang topiknya mengenai seks. Raut muka mereka yang tadinya loyo menjadi begitu semangat, dari situ aku yakin kalau mereka juga demen nonton video begituan. 

Sebuat saja Junet dan Sueb, Junet bilang karena kejombloan dan kesepiannya yang akut menjadikannya alasan mengapa dia suka banget nonton video bokep. Sueb bilang karena terkadang lelaki butuh pelampiasan hasrat dan nafsu. Seberapa seringkah mereka nonton bokep adalah pertanyaan yang membuat mereka merasa sepakat untuk menjawab dengan pernyataan yang sama, mereka  berujar gak tentu dan sesuai kebutuhan tapi sering, nah loh gimana tuh??? Cerna sendiri aja ya, aku pun susah menerangkan apa yang mereka mau sampaikan. Hahaha

Tontonan itu sebanding dengan tutunan, tontonan itu menuntun. Aku tanya saja respon tercepat mereka ketika menonton, kira-kira akan menuntun apa? Pertanyaan ini membutuhkan banyak waktu untuk menjawabnya, bukan karena mereka gak mau jawab tapi karena mereka banyak guyonnya, mereka cenderung mengoneksi pertanyaanku dengan improvisasi yang berlebihan. Hampir ngeri aku dibuatnya. Dengan muka sedikit kesal dan masam aku meminta agar mereka mulai serius dan fokus pada pertanyaanku. “Aduh apa ya, hehe... Aku sih nggak ngapa-ngapain, malah aku cepet-cepetin” Dengan muka yang memerah pasi, Kata Junet. Dalam hati aku sih gak percaya, tapi aku berharap jawaban apa dari dia, aku paksa untuk mengatakan yang sejujurnya tetap saja dia menjawab dengan jawaban yang sama. Jujur aku kurang puas dengan jawaban Junet. Lain Junet lain Sueb, Sueb lebih mau terbuka dan tertarik mengenai ke hal-hal seronok yang pernah dia lakukan sekalipun. Sueb bilang “Hahaha... Kalau gue sih pasti bakal ereksi, nah habis itu gue langsung masturbasi sambil mengimajinasikan gue sedang main sama cewek-cewek asal Jepang gitu, habis cewek-cewek Jepang itu kalau mendesah dikuping terasa bikin aku semakin buas dan nikmat”. Dengan nada santai dan bangganya. Mendengar pernyataan ini aku seperti seorang cupu dan culun yang enggak tau apa-apa mengenai seks. Hahaha...

Saking asiknya kita berbincang-bincang mengenai ini dan itu, ada dua panggilan masuk di handphone jadulku yang gak terjawab, ternyata si Julaeha mau datang menyusul kita. Gak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menambah nara sumberku, aku tanya saja dia. Ternyata sama, tidak butuh tenaga dan upaya yang berat untuk merayunya, agar dia bisa dengan sukarela join. Dari kacamata aku (Ini sok tahuku saja lho) sebetulnya dia punya rasa penasaran yang besar tentang seks, dia terkadang terlihat sangat bodoh dibagian ini tapi terkadang dia terlihat paling histeris ketika salah satu diantara kita mulai ngobrolin soal seks. Apa mungkin dia pura-pura bodoh ya. Hahahaha *peace :P

Kalau Junet suka sesuatu yang berbau vulgar, Sueb dan Jualeha suka dengan sesuatu yang berbau romantis dan erotik. Selera orang beda-beda kali ya....

Sekarang aku berpikir begini, kalau salah satu diantara mereka bilang sudah pernah melakukan hubungan seks dengan bangga, berarti itu cuma hoax. Kalau mereka bilang belum namun dengan malu-malu dan sedikit susah menjawab berarti sudah, nah kalau mereka menjawab belum dengan santai berarti gak mau ketahuan.

Intinya gini aja, apa yang kalian tanam apa yang kalian akan tuai. Selama semuanya bisa kalian sikapi dengan bijaksana dan tanggung jawab penuh. Aku harap tidak ada yang terluka dan menjadi korban akan tontonan yang berbau pornografi.

NB : Semua nama yang tercantum diatas aku samarkan dengan alasan privasi. Thanks ya buat kalian bertiga :))

Gundahku


Malam yang begitu pekat dan ratusan semut berjejer dipojokan tembok membuatku fokus akan keputusan. Keputusan hari ini adalah kenyataan untuk hari esok, begitu kata orang bijak. Tapi karena aku cuma kerdil, aku butuh waktu untuk sekedar mempersiapkan keputusan itu. Kira-kira keputusan apa yang bakal aku buat, dimana itu akan merubah hidupku. 

Karena yang hidup itu pasti ada yang menghidupkan, tentu sampai posisi planet lain sejajar dengan planet yang kita pijak sekarang. Tuhan akan menentukan apakah dibuka atau ditutup.

Terlalu lama dan menjadi usang mengenai keputusan, kenyataan pahit yang harus aku hadapin sekarang. Sampai menunggu salju di musim panas pun sudah aku lakukan hanya demi keputusan. Begitu teramat berarti keputusan buatku. 

Mungkin ada jalan lain menuju keputusan. Ya, yang jadi fokusku sekarang adalah dimana letaknya, dimana keputusan itu tepat ada dihadapanku, dimana keputusan itu ada pada posisi yang pas dengan garisku. Wish me luck God :)


Hari ini aku benar-benar nge-blank gak ada ide buat nulis, buat nulis tentang diri-sendiri aja beneran enggak ngerti sama diri aku sendiri, apa yang sedang aku rasa dan apa yang sedang aku pikir, wahhh beneran lagi kosong. Bodoh banget, ngertiin diri sendiri aja gak bisa. 

Apa mungkin manusia akan mengalami kebuntuan diri sejenak? Ahhh enggak ngerti, kemarin udah gak nulis gara-gara sibuk ngurus keponakan, sekarang malah kayak gini. Padahal aku udah komitmen sama diri aku sendiri buat nulis setiap hari. Ah sudahlah, aku beneran gak punya komitmen, kerdil ini sedang mengalami celaka. Ketok kepalaku pake palu aja sebagai hukuman dan cambukan biar aku kapok, biar aku semakin semangat!!!

Random


Entah mengapa aku gak pernah suka dan nyaman dengan seseorang yang selalu ngajak "guyon", gak pernah mau serius. Emang sih aku akui, aku gak punya selera humor. Kadang ketika ada salah satu teman yang lagi ngelawak atau ada acara parodi komedi pun aku butuh banyak waktu untuk mencerna, sampai terkadang dan ini sangat parah, teman-temanku akan menjelaskan lawakan mereka sendiri sampai aku jelas, kalau emang masih enggak ngerti juga, banyak dari mereka memutuskan untuk membiarkan aku dalam kebingungan dan ketidak pahaman. Hehe, makasih :( !!! Tidak sedikit dari mereka akan menelan kecewa karena lawan bicara mereka enggak pernah tertawa atau nyambung dengan pembahasan mereka. Xixixi, maaf ya teman-teman jadi garing begini :) :*

Hahhhh.... Ini semua karena keterbatasan selera humor atau aku ini emang telat mikir atau aku terlalu jaim dengan kekonyolan yang mereka buat sih?!? Entah yang jelas aku enggak suka membahas masalah konyol yang berbau komedi. Aku tidak begitu interest sama topik macam itu.

Dasarnya manusia kerdil seperti aku ini cuma belajar dari banyak teman yang sangat hebat diluar sana, sampai sesuatu yang tidak aku suka jadi sedikit bisa aku mengerti. Hidup jangan terlalu sering dibuat serius, tapi enggak boleh main-main juga. Mungkin maksud dari mereka keseimbangan kali ya? Kalau antara serius dengan santai alias woles musti balance.

Kali ini aku mencoba untuk menjadi orang yang paling konyol dalam hal menulis, awalnya aku lebih suka menulis dan membahas kajian penting dan berat, jadi kalau misalkan tulisan ini tampak aneh dan membuat kalian terkaget-kaget atau garing harap maklum saja.

Semalam aku jalan sama teman-teman teaterku dulu, mereka semua anak-anak kreatif dan rajin banget tertawa, sampai terkadang aku heran sama mereka. Banyak orang menilaiku nggak bisa bercanda atau enggak punya selera humor, tapi kalau aku ngomong atau gerak sedikit mereka akan tertawa sampai terpingkal-pingkal, aneh.

Tapi beginilah letak non-fiksinya, aku hampir dibuat shock, speechless dan heran yang berkepanjangan gegara salah satu teman yang bicara seolah dia seperti para comic yang sedang ber-stand up comedy. Dan dari sekian banyak waktu aku berjumpa dengannya, penilainku terhadapnya benar-benar berubah drastis tadi malam. "Ya ampun, ini anak tadinya kan pendiam, kenapa jadi suka ngelawak begini sih, tapi aku enggak ngerti dia ngomong apa, kenapa yang lain pada tertawa sementara aku enggak?!? Letak humornya dimana sih???" dalam benak yang berkeheranan dan mencoba berpikir keras...

Teman-teman yang lain juga melihatku heran, haduh aku jadi kayak orang paling bodoh nih ~ zzzttttt.  Topik berlanjut sambil menikmati roti bakar dan segelas es teh tawar. Dengan mengepulkan rokok sambil berbicara lantang temanku ini berhasil menjadi pusat perhatian banyak orang.

Karena lapar kami putuskan untuk membeli makanan yang lebih bisa mengeyangkan perut, kami tertarik dengan sosis bakar yang menggoda nafsu makan kita. Aku pesan dua sosis bakar untuk aku bawa pulang, dalam keheningan temanku ini menunjukan spanduk kios sosis bakar. Nih gambarnya....

(Dok: Pribadi)
Temanku bilang untuk sejenak merenungkan text line yang ada di spanduk itu, aku berpikir keras, emang apa yang aneh dengan spanduknya. Kedua temanku sudah mulai tertawa dengan asyiknya, aku jadi makin bingung. Aku coba kembali berkonsentrasi untuk kembali memecahkan apa yang lucu di spanduk itu. Aku menyerah dan kembali bertanya kepada mereka dengan sungguh-sungguh.

Dengan sedikit berbisik, temanku berusaha membuatku paham. "Cobah deh kamu lihat dengan benar teks yang tertulis disitu, kenapa namanya sosis papa? Kenapa bukan mama, malah disitu tertulisnya begini MAMA JUICE dan SOSIS PAPA". "Ahhhh embuh, aku gak ngerti! Cobalah jelaskan" kataku. Semua jadi tertawa. "Itu hlo makna dibalik kata dalam spanduk sangat-sangat jorok, kenapa ditulis sosis papa bukan mama, kan yang punya sosis itu papa, mama cukup makan sosisnya aja." Temanku menjelaskan, semua langsung pada tertawa begitupun aku. Udah ah ceritanya sekian dan jangan dilanjutkan, penuh sensor.

Begitulah ketika orang-orang kreatif ini saling berlomba tertawa, siapa kiranya yang akan menjadi tertawa paling merdu dan syahdu malam itu, yang jelas semuanya gagal. Hehehe... Iyalah, mana ada tertawa merdu. Yang penting si kerdil ini mulai paham, serius itu penting, bercanda itu sebuah keharusan. Are you still human kan... :D ngomong sama diri sendiri :) 

Pasar Malam


Pasar malam merupakan hiburan rakyat murah meriah yang banyak digemari oleh semua kalangan dari mulai anak-anak, remaja hingga orang dewasa sekalipun. Terang benderang lampu menyala terang, berjejer juga pilihan kuliner dari mulai penganan tradisional dan modern yang harganya relatif murah membuat suasana pasar malam menjadi terasa sangat istimewa. Saking ramenya tempat ini, tak kelak banyak sekali para pebisnis yang memanfaatkan peluang tersebut. Banyak dari mereka berbisnis jasa dengan merentalkan mobil remot, sepeda hias maupun elektronik juga becak cinta.  Bayangkan saja, setiap becak cinta memiliki alat pemutar musik yang disertai dengan sound-systemnya, tentu malam menjadi semakin heboh karenanya.

Orang Pekalongan menyebut pasar malam dengan sebutan korsel, aku tidak tau apa artinya? kenapa diberi nama korsel. Ahhh bikin penasaran saja, aku berusaha untuk mencari tau tapi tidak ada yang tau bahkan para sesepuh yang usianya sudah sangat tua pun tidak ada yang tau kenapa diberi nama korsel. Yang jelas ini korsel, itu saja.

Banyak sekali wahana yang mengundang rasa haus bagi penyuka adrenalin seperti Kora-Kora, Motor Edan, Kincir Angin, Ombak Banyu juga yang paling menyeramkan Goa Hantu. Dari sekian wahana yang ada, tidak satupun yang ingin aku coba. Cukup beberapa tahun yang lalu naik Ombak Banyu bersama kedua temanku di Jogja, serta beberapa bulan yang lalu masuk ke Goa Hantu bersama beberapa temanku waktu acara Sekaten selama bulan maulud di Jogja juga. Keduanya bikin jantungku berdegup kencang dan hampir muntah. Dan aku juga tidak akan masuk ke wahana tersebut jika bukan karena dipaksa. Hiks hiks...

Wahana Kincir Angin (Dok: Pribadi)

Tapi ada juga wahana yang tidak terlalu memacu adrenalin seperti Kuda Putar, Kereta, Perahu Air, Jet dan masih banyak lagi, tapi biasanya peminat wahana ini didominasi oleh anak-anak yang masih dibawah umur, berkisar antara satu tahun sampai lima belas tahun. Aku cukup tau diri untuk tidak mencoba wahana tersebut hehehe...

Wahana Ombak Banyu, masih tampak sepi (Dok: Pribadi)
Sebetulnya aku tidak terlalu suka keramaian, aku lebih suka berdiam diri dikamar dengan segala kesibukan tanpa adanya kebisingan. Tapi ya itu, karena dipaksa dan selalu tidak enak hati kalau mau menolak, apa boleh buat. Pasang muka cemberut dan sedikt berjalan malas membuat yang mengajakku jadi tidak enak hati, mereka jadi menyalahkan dirinya sendiri. Tapi semua itu sirna karena banyak sekali pernak-pernik dan cendramata yang bisa aku beli, kesemuanya lucu-lucu. Jadi bagi yang gemar berbelanja, tempat ini akan menjadi tempat paling pas dan cocok, karena harganya tidak terlalu merogoh kocek dalam-dalam dan yang paling penting baragnya juga gak kalah saing sama yang biasa dijual di toko-toko. Ketagihan deh, buat kalian selamat berkunjung ke korsel ya.... :D
Panggung 1

Situasi 1 : Suasana malam hari, bermula dari keadaan hening dan sunyi. Seorang wanita tampak, duduk dengan khidmat melihat langit-langit seolah sedang berpuisi dengan dinginnya angin malam. Suara angin menderu berirama mengikuti puisi jiwa dari lamunan sang wanita.

Realitas Panggung : Lampu temaran muncul, menerangi panggung (diam sejenak selama 5 menit). Lamat-lamat seiring dengan keheningan yang tercipta diatas panggung, petikan bait puisi terdengar “Biarkan cinta menyeru” 10 kali (seolah sedang membaca mantra nan lembut, berangsur histeris penuh tekanan).

Situasi 2 : Mendangar suara jiwa penuh tekanan nan histeris, membuat sang wanita tampak galau lalu meronta kemudian menangis, kemudia dia terjatuh menggelepar dari kursinya.
Koor (terdiri dari beberapa orang) : “A... a... a... a...” Membentuk irama yang mencekam, lambat laun makin cepat.

Situasi 3 (Bayangan) : Seorang pria duduk didepan sang wanita, saling menatap penuh makna, sang wanita meraba wajah sang pria, kemudian tersenyum. Tetiba lampu panggung padam, begitu menyala sang pria menghilang. Sang wanita kebingungan, mencoba menyeru memanggil namanya namun dia tidak bisa bersuara. Berkali-kali berusaha menyebut namanya, namun tak kunjung bisa. Sang wanita berdiri, melihat kearah kanan dan kiri, berusaha untuk mencarinya.

Panggung 2

Situasi 1 : Suasana siang hari, cuaca agak mendung, sejuk disertai dengan angin semilir. Seorang pria terlihat duduk dibawah pohon sambil membawa buku dan pena seperti sedang menulis puisi, disertai dengan gitar disampingnya. Sang wanita melihat dari kejauhan dibalik pohon, sang wanita terus melihatnya, dia terpesona dengan sang pria.

Realitas panggung : Lampu kuning menyala terang, iringan musik terdengar.

Situasi 2 : Sang pria melihat ada seseorang sedang mengintainya, sang pria berdiri menghampiri wanita itu. Sang pria menariknya, lalu bertanya “Ada perlu apa kamu mengintaiku?” kata sang pria. Sang wanita malu bercampur takut, sang wanita kebingungan sampai dia tidak mampu berkta-kata. Sang pria bertanya lagi “Kenapa wajahmu memerah pasi? Apa kamu baik-baik saja?”. Sang wanita makin kebingungan, akhirnya dia lari meninggalkan sang pria tanpa sepatah kata apapun. Sang pria heran melihatnya, sang pria berteriak “Apa aku ini monster sampai membuat wajah cantikmu memerah pasi!?” Sang wanita berhenti lalu menoleh dan menggelengkan kepalanya sambil sedikit tersenyum.

Panggung 1

Situasi 4 : Sang wanita gusar memikirkan sang pria, tersenyum bahagia merasakan sepoi cinta yang merasuk hatinya. Sedikit menghela, puas dan lega terasa.

Realitas Panggung : Suasana seolah menjadi indah dengan iringan lagu cinta.

Panggung 2

Realitas Panggung : Lampu menyala terang.

Situasi 3 : Sang pria berdiri melihat sang wanita berlari menjauh darinya, wanita kedua muncul dari belakang sang pria. Mereka sudah saling mengenal dan sedikit berbicang tentang novel cinta. Wanita kedua pamit untuk pulang menemui temannya. Keduanya pergi meninggalkan panggung 2.

Panggung 1

Situasi 5 : Wanita kedua muncul dari belakang, mencolek wanita pertama, kemudian mereka berdua saling berpelukan merasakan hangatnya cinta yang keduanya rasakan pada sang pria (musik berhenti)

Situasi 6 : Dialog

Wanita pertama : "Baru kali ini aku merasakan cinta yang teramat dalam, sangat berbeda dari yang sebelumnya. Tatapannya, tutur katanya membuat naluriku akan cinta deras mengaliri hatiku. Seorang pria yang menjelma menjadi pujangga, pujangga cinta."

Wanita kedua : "Pria yang aku jumpai barusan menuliskan sebuah puisi dalam lembar suratnya, puisi itu karya sastrawan besar, sang pujangga dari tanah persia. Selain penyair dia juga tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya, dia lahir pada 30 September 1207 Masehi di Balkh sebuah kota kecil di kota Khurasan, Afghanistan. Dia adalah Jalalludin Rumi. Kerana Cinta"

Situasi 7 : Wanita kedua berdiri membacakan puisinya dengan penuh perasaan dan yakin akan cintanya. Sementara wanita pertama mendengarkanya begitu khidmat. Melodi cinta mengalun merasuk sukma keduanya.

Realitas Panggung : Suara petikan gitar nan romantis terdengar lembut mengisi panggung.

KERANA CINTA
Jalalludin Rumi

Kerana cinta duri menjadi mawar
Kerana cinta cuka menjelma anggur segar
Kerana cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Kerana cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Kerana cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Kerana cinta tompokan debu kelihatan seperti taman
Kerana cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menyenangkan
Kerana cinta syaitan berubah menjadi bidadari
Kerana cinta batu yang keras menjadi lembut bagaikan mentega
Kerana cinta duka menjadi riang gembira. Kerana cinta hantu berubah menjadi malaikat
Kerana cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Kerana cinta sakit jadi sehat
Kerana cinta amarah berubah menjadi keramah-ramahan

Situasi 8 : Dialog

Wanita Pertama : "Siapa laki-laki yang begitu romantis mengirimkan puisi sebagus itu kepadamu? Aku sangat tersentuh akan kata-katanya, mencabik dan menggerus habis semua perasaanku kedalamnya.
Wanita Kedua : "Pria yang selalu, menggendong gitar dan membawa buku beserta penanya kemanapun dia pergi."

Situasi 9 : Bak suara petir melenggang disebelah telinganya, sang wanita kaget bukan kepalang, ditengah kecamuk rasa sedih, sang wanita berusaha menutupinya dari wanita kedua.

Realitas Panggung : Lampu merah menyala berkoar, suara musik mengalun mencekam dan meneganggakan. Terdengar suara jiwa “Mulut ini bersuara, mata ini menangis, hati ini menjerit. Lenyap bagai titisan dewi suri dibawa lari. Sampaikan penuh luka ke kaki yang melulu hendak berlari walau kadang minim nyali. Sayup rindu, semilir hampa, samudra harap, muara asa. Mengalir seiring namun tak pernah terjumpa” Koor : “A... a... a...”. Suara melambat dan berangsur cepat.

Realitas Panggung : Lampu padam, kemudian terdengar suara dentuman keras, lampu merah dan kuning menyala berebutan. 

Situasi 10 : Teriak suara mantra dengan lantang "Biarkan cinta menyeru, biarkan cinta menyeru, biarkan cinta menyeru..." memasuki panggung. Mendengar suara itu, wanita merasa semakin sedih dan sakit, semakin terdengar wanita pertama akan semakin meronta berteriak seperti orang sakau, hampir gila.

Realiats Panggung : Lampu padam sejenak, kemudian menyala bersama alunan musik syahdu.

Situasi 11 : Wanita muncul duduk bersila di ketinggian dengan perasaan yang remuk dan sedih.

~The End ~