Sore itu hujan begitu deras, disertai suara petir menyambar. Tanpa harus menunggu ijin dariku, cahaya kilat menembus celah kelambu jendela kamarku. Aku yang masih nyaman dengan mimpi indahku waktu itu, seketika terhenyak dan kaget.
Mata masih sukar melek, kepala juga masih sedikit pusing. Aku masih ngantuk, tapi aku sempatkan lihat handphone sebelum aku rajut kembali mimpi manjaku, barang kali ada harapan baru. Kulihat ada dua nomor baru yang tak kukenal siapa pemiliknya masuk sebagai panggilan tak terjawab.
Ada sedikit rasa sesal, tenyata bukan harapan baru yang kutemui dari dalam mimpi itu. Aku mulai kesal sama kasur, dia hanya bisa memberi harapan dan angan tanpa harus menjadikannya nyata. Agak sedikit marah, aku caci kasurku sendiri dengan emosi.
Tidur jadi sangat gerah, seperti ada bara api saja dibawahnya. Sekelebat mimpi tadi masih sembunyi didalam memori. Aku merasa bara api semakin menyala, keringatku mengucur deras. Aku kepanasan dan mulai segan merajut angan.
Aku pikir tidak ada salahnya kirim pesan singkat ke nomor yang tak kukenal tadi. Aku tanyakan saja siapa dan apa maksudnya? Dia membalas dengan seadanya tanpa menyebut nama. Aku mulai bertanya-tanya, tapi lama-lama aku jadi terbiasa.
Selama ini, aku tidak tahu sedang berkirim pesan dengan siapa? Dia mengenalku, dia tahu nama lengkapku dan tentangku. Tapi aku tidak tahu apa-apa soal dia, yang kutahu dia sangat mencintai buku dan ingin bertemu denganku.
Dia bilang sudah 45 tahun yang lalu kita bertemu, ah aku rasa dia hanya ingin mengerjaiku. Setiap hari aku samakan gaya bahasa, kesukaan dan semuanya yang dia bicarakan denganku melalui pesan dengan teman-teman sekelilingku. Tapi tak ada satupun yang menyerupainya.
Aku mulai nyaman bicara dengannya, mungkin karena kita sama-sama penggemar buku atau memang kita pernah bertemu, aku tidak tahu. Aku suka kata-katanya "Tak ada teman sejati, yang sejati hanyalah buku, maka berteman baiklah dengan buku."
Mungkin ini harapan baruku, tapi dalam wujud yang berbeda. Masih banyak teman yang mau berbagi cerita denganku. Untuk teman baruku, kamu tahu siapa aku, tapi aku tidak tahu siapa kamu? Semoga kita lekas bertemu.
0 comments:
Post a Comment