Mengenang Sinarsih

Disebagian universitas atau sekolah tinggi, Proyek Kerja Mahasiswa merupakan ko-kurikuler pendukung yang wajib diambil dan dikerjakan oleh mahasiswa. Dengan tujuan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang sudah didapat dikelas kepada masyarakat.

Dalam kesempatan ini mahasiswa dituntut dua hal yaitu; Pertama, belajar mandiri untuk menentukan satu kegiatan yang diminati. Kedua, mendesain suatu kegiatan yang akan ditawarkan kepada masyarakat pengguna dalam bentuk proposal, baik secara kelompok maupun individu.


Nah, mata kuliah ini wajib aku ambil, karena PKM berlaku dikampusku dulu. Singkat cerita, aku membentuk kelompok PKM bersama ketiga temanku, sebetulnya lebih enak individu sih, tapi kelompok sudah terlanjur dibentuk. 


Awalnya kelompok kami ingin menawarkan jasa berupa strategi marketing kepada industri rumahan, dimana sasaran kami adalah pabrik kripik pedes yang lagi digandrungi sama anak muda Yogyakarta waktu itu.



Proposal sempat kami konsultasikan dengan dosen pembimbing PKM, malah sudah disetujui olehnya. Tapi sebelum proposal itu dikirim ke pabrik, banyak saran dari beberapa dosen agar kami mengganti proyek yang akan dikerjakan, menurut mereka proyek kami sangat biasa-biasa saja dan sudah banyak mahasiswa lain melakukan itu.



Setelah kami rapatkan, kami berempat sepakat untuk mengganti proyek kerja dan membuat rumah produksi pertunjukan teater, dengan pertimbangan, mahasiswa angkatan 2010 dikampus kami punya kelompok teater dengan nama teater Embun, dimana saat itu kami berempat juga tergabung didalamnya.


Logo Teater Embun
Kami merasa selain bisa mengeksplorasi kemampuan teater Embun, kami juga bisa mempromosikan kampus dengan cara yang berbeda, yaitu melalui pertunjukan teater di luar kampus. Proyek kerja ini kami sebut sebagai duet apik, karena melibatkan dua kelompok yaitu antara Teater Embun dan LSP sebagai rumah produksinya.



Logo rumah produksi kami berempat "LSP"
"Langit Seni Production" adalah nama rumah produksi yang kami tetapkan. Seiring dengan berjalannya waktu, salah satu teman kami Adhisty terpaksa mundur dari LSP karena sedang menjalani masa cuti kuliah.



Hengkangnya Adhisty dari LSP, membuat kami merekrut teman kami yang lain, namanya Erick, Pada proyek sebelumnya Erick mengalami kebuntuan alias mandeg dan tidak bisa melanjutkan proyek kerjanya karena kendala birokrasi.



Personil kembali menjadi empat orang, LSP diketuai oleh Andien, Ragil sebagai bendahara, Erick sebagai humas menggantikan posisi Adhisty sebelumnya dan aku bertugas sebagai sekertaris. Meskipun secara lembaga Adhisty mengundurkan diri, tapi dia tetap berkerja dan turut serta mengerjakan tugasnya sebagai strategi marketing yang dibawahi oleh Teater Embun.

Segala daya dan upaya kami lakukan demi suksesnya proyek kerja ini. Dari mulai mencari dana, mengatur daftar belanja, pembukuan, koordinasi dengan relasi, meeting dengan tim produksi dan para pemain, mengatur jadwal, pengadaan sarana dan pra sarana bagi tim inti, tim produksi dan para pemain. Dan tentunya masih banyak lagi. Sampai setiap kami rapat, selalu saja ada air mata yang menetes dan keringat yang mengucur karena emosi.


Koran tribun

Ditengah perjalanan kami, ada salah satu media koran yang meliput persiapan pertunjukan teater ini. Rasanya kami sangat senang dan bangga, karena media pun ikut mendukung.



Tepat pada hari Jum'at, tanggal 19 April 2013 di gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, kami dieksekusi oleh rasa cemas dan nervous yang teramat sangat, meskipun ini bukan pertama kalinya kami pentas, tapi ini adalah pentas perdana bagi kami di luar kampus. 



Karena ada beberapa masalah yang tidak terduga, terpaksa kami harus mengundur jam pentas sedikit molor dari jadwal yang sudah ditentukan. Beruntung saat itu penonton mau menunggu pintu gedung sampai terbuka tanpa protes. 



Poster by yunr
Sedikit menambah cemas jika tidak ada penonton yang datang, karena malam itu Yogyakarta diguyur hujan yang cukup deras. Setelah semua masalah bisa kami tangani, tepat pukul 19.45 WIB pintu gedung sudah bisa kami buka, pertunjukan berlangsung tepat pukul 20.00 WIB.


Waktu itu, aku memilih duduk dilantai atas dengan penata cahaya dan dokumentasi, agar aku bisa lebih mudah koordinasi dengan crew apabila terjadi masalah yang tak terduga, tapi aku sangat bersyukur, sampai pertunjukan itu selesai, kami tidak menemukan kendala apapun.



Sekelumit tentang sinarsih :



Adegan Sinarsih (Dian) dengan Basuki (Ragil),
 foto ini diambil saat gladi bersih (doc:Reza)
Sinarsih merupakan judul teater yang kami pentaskan, dimana aku berperan sebagai penulis skenario dan sutradaranya. 

Sinarsih adalah gadis yang memiliki dua sisi kepribadian, dia adalah seorang pembunuh juga seorang penyelamat. Dia membunuh banyak laki-laki karena kisah hidupnya yang buruk dimasa silam. Kebencian dan dendam yang menyelimut dalam hati Sinarsih juga dikarenakan hukum yang tidak adil. Sinarsih geram dengan ketidakadilan hak dan asasi manusia yang menimpa sang ibu dan perempuan lain di kampungnya. 


Flashback adegan  Laila (Dian) dengan Basuki (Ragil), foto ini diambil saat gladi bersih (doc:Reza)
Dia merasa hidupnya akan sia-sia jika kebencian dan dendamnya belum terbalaskan. Dia membunuh laki-laki yang sudah memperkosa perempuan, termasuk ayahnya sendiri yang belakangan dia ketahui sebagai tersangka pemerkosaan sang ibu yang luput dari jeratan hukum sebelum ayahnya menikahi sang ibu. 

Kebencian Sinarsih kepada ayahnya semakin bertambah setelah mengetahui bahwa ayahnya menikahi sang ibu karena kecelakaan, yang mengakibatkannya cacat dan tidak mempunyai kaki, sehingga tidak ada gadis manapun yang mau dipersunting olehnya.


Adegan Mbok Gering (Yeni) dan Tantri (Tami), korban pemerkosaan (doc:Reza)
Disisi lain, Sinarsih menampung para perempuan yang sedang hamil akibat diperkosa dan menjadi yang terbuang. Dia menyelamatkan bayi-bayi yang tidak berdosa dari keinginan sang ibu untuk aborsi.

Adegan Ratih (Kinyot) dengan Kodir (Yasna) (doc:Reza)
Apa yang dirasakan Sinarsih berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Ratih. Ratih adalah teman setia Sinarsih. Dia seorang pekerja seks komersil, yang seluruh hidupnya dia abdikan kepada para lelaki hidung belang untuk memenuhi hasrat seksnya, karena kisah cintanya yang cukup tragis dimasa lampau. Tapi kisah cinta Ratih menjadi drmatis dan romantis ketika Kodir datang sebagai preman pasar berhati mulia.

Sinarsih berpikir setiap kelahiran harus dibalas dengan kematian. Setiap bayi dari perempuan korban pemerkosaan lahir, dia akan menyusun rencana untuk membunuh laki-laki jahanam yang tidak bertanggung jawab memperkosa perempuan tersebut.

Habis selesai pentas, semua crew dan pemain foto dulu (doc:Reza)
Susunan crew dan pemain :

Produksi Langit Seni Production
Ketua : Osela Ekaninda Andini
Sekertaris : Ditya Al Santos
Bendahara : Ragil Wayan
Humas : Erick Novaliga

Sutradara dan Naskah : Ditya Al Santos
Editor Naskah : Ragil Wayan
Artistik : Erick Novaliga
Lighting : Dedi Henri
Musik : Rizky Saleh
Vocal : Mety Ristya, Wiwier Septiani, Lilis Permata
Puisi : Olivia Dilla
Stage Panggung : Jayanti Mitra
Kostum, Make Up : Adhisty Suprihantini, Natalia Desy
Fotografi : Reza Cessario
Mc : Latifah Nur
Ticketing : Yuliah Mekar, Feta Rais, Widya Ningsih

Pemain ;
Elisabeth Dianing sbg Sinarsih dan Laila
Ragil Wayan sbg Basuki
Riscy Kinyot sbg Ratih
Michael Liasna sbg Kodir
Retri Agitami sbg Tantri
Yeni Kartika sbg Mbok Gering
Osela Ekaninda Andini sbg Siam
Kusnadi Saputra sbg Bapaknya Tantri
Ulfa Tri Hayati sbg Ibunya Tantri
Rangga Budi P sbg Penjual Kacang

Pemain pendukung;
Kartika Dias
Titi Maria
Nurdiansyah

Bagiku ini adalah pengalaman yang sangat berkesan, kenangan yang tak pernah bisa kulupakan. Melalui proyek kerja ini aku sudah belajar tentang banyak hal. Melalui tulisan ini, aku ingin kembali bilang, terima kasih atas kerja keras LSP dan Teater Embun. Terima kasih kepada semua orang yang sudah menginspirasiku dan menyemangatiku. Selamat berkarya dan menggapai asa teman-teman semua. Salam.

0 comments:

Post a Comment