Abjad & Angka

Angka pernah bilang “Kalau gak kangen ngapain aku kesini”. Ternyata dia juga merindukan aku, ada ya orang yang susah banget mengutarakan perasaannya. Angka pernah mengajakku melihat sebuah rumah dengan arsitektur yang sangat menawan, rumah itu seperti rumah impian. 

Angka juga pernah berbohong kepadaku, tapi aku pura-pura tidak tahu saja. Angka pernah tidur dalam dekap kasih dan sayangku, dia pernah memintaku mengusap keningnya agar bisa tidur cepat. Angka sering membawaku terbang tinggi ke atas langit tapi dalam seketika mejatuhkanku ke muka bumi, rasanya sangat sakit banget, banyak lecet di tubuhku karena benturan batu tajam.

Kertas memaksaku menulis semua perbuatan baik dan jahatnya, aku hanya tidak kuasa menimbang keduanya, karena aku pun pernah berbuat salah kepadanya. Aku tidak begitu mengerti, kenapa Angka pergi meninggalkanku. Terkadang aku ingin berhenti sampai disini saja, tapi aku takut dibilang menyerah olehnya.

Lantas, apa yang sedang aku perjuangkan? Cinta? Aku mencintai Angka bukan karena alasan, aku belajar tulus dari mencintai, Pena bilang “Cinta yang tulus adalah cinta yang tidak mengharap cinta itu kembali”. Kalau memang perasaan itu mudah mengerti, aku tidak akan sesulit dan sesakit ini. Aku sangat mencintainya.

Aku hanyalah seorang abjad yang terdiri dari dua puluh enam huruf, aku bisa menyusunnya membentuk sebuah kata maupun kalimat yang aku kehendaki. Aku bisa membuat kalimat yang berbunyi “aku cinta kamu” dan “aku benci kamu” dua kalimat yang mempunyai kesamaan jumlah suku kata namun beda makna. Tinggal dipilih, aku ingin menghendaki yang mana. Tidak usah ditanya lagi, Angka sudah tahu pasti.

Pena dan Kertas adalah tempat dimana aku berbagi kisah tentangmu, tentangku, tentang kita. Keduanya memberi aku sedikit rasa nyaman dan aman, mereka selalu menawarkan minuman agar aku tidak sesenggukan lagi.

Kenapa aku tidak bisa mencintaimu dengan damai? Kenapa mencintaimu membuatku semakin resah dan selalu takut? Kamu seperti bintang malam buatku, ketika siang datang, bintang menghilang tertutup matahari. Kenapa kamu tidak menjadi matahari saja, meskipun malam tiba kamu tetap terjaga membantu bulan menyinariku!

Sekarang aku sedang berada ditengah pasar, tapi aku tidak merasakan apapun. Sepi, sepi aku menyendiri. Aku tidak bahagia disini. Setiap aku bangun tidur, aku selalu melihat sudut kanan dan kiri kamarku, yang kulihat adalah kenangan. Kenangan yang selalu tersimpan rapi dalam mega serverku. Terima kasih angka, kamu sudah memberiku cinta. 

2 comments:

  1. adhistyyy said...

    kertas masih menjadi kertas yang sama walau terkadang kertas merasa sangat jengah, karna hanya bgtu2 saja. tapi.. kertas masih ada bersamamu. begitupun juga pena.. :)

  2. sekarang abjad hanya sedang menyusun dirinya menjadi kalimat yg indah dan mengenakan, hanya untuk dirinya saja, bukan yg lain... abjad merasa perlu untuk sedikit berontak dr keterikatan siapapun, namun abjad masih sangat beruntung karena kertas dan pena adalah kedua benda mati yg tetap hidup dan memiliki nafas untuk berkata :)

Post a Comment